BORGOLNEWS.COM, PANGKALAN KERINCI – Kondisi Sungai Kerinci di Kecamatan Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan Riau kian menyempit akibat tertutup tanaman liar, memprihatinkan.
Pasalnya, lima bulan terakhir belum pernah dilakukan normalisasi terhadap sungai tersebut.
Sungai yang sebelumnya lebar, kian menyempit akibat ditutupi tanaman liar yang tumbuh di air.
Bahkan tumbuhan air yang berada di bagian tepi kiri dan kanan semakin melebar serta memanjang ke tengah sungai.
Di beberapa titik badan sungai, malahan mirip jalan setapak lantaran tertutup tanaman.
Tentu kondisi ini menghalangi nelayan yang sering mencari ikan di sungai ini.
Termasuk pemancing yang kerap datang, semakin sulit untuk melemparkan jorannya.
Kondisi itu terlihat jelas dari jembatan kembar di Jalan Sultan Syarif Hasim dekat komplek kantor bupati dan perkantoran Bhakti Praja Pemkab Pelalawan.
Sebelumnya, Pemkab Pelalawan melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) setiap melakukan normalisasi sungai ini, minimal satu kali dalam setahun.
“Nampaknya dalam tahun ini belum ada pembersihan sungai ini, kalau tidak salah. Padahal banyak pemancing dan nelayan disini,” ungkap seorang warga Pangkalan Kerinci, Abdul Qadir (45) dilansir dari Tribunpekanbaru.com, Jumat sore (10/9/2021).
Pria ini kerap melewati jembatan kembar yang dibawahnya mengalir Sungai Kerinci setiap berolahraga jogging pada sore hari.
Ia prihatin melihat kondisi sungai yang semakin tak beraturan akibat tumbuhan liar tersebut.
“Nelayan pasti payah mengayuh sampannya kalau banyak tanaman itu. Mau di mana lagi dipasang jaringnya,” tambah ayah tiga anak ini.
Kepala Bidang Sumber Daya Air (SDA) Dinas PUPR Pelalawan, Irham saat dikonfirmasi terkait nasib Sungai Kerinci menyebutkan, pihaknya telah memprogramkan normalisasi sungai itu.
Ia menyampaikan jika proses normalisasi menggunakan alat berat jenis eskavator rutin dilakukan setiap tahun menggunakan alat milik Dinas PUPR.
“Tapi jika pakai eskavator long arm, hanya bisa membersihkan bagian pinggir-pinggir saja. Tidak sampai ke bagian tengah,” terang Irham.
Pihaknya berencana mengoperasikan eskavator jenis amphibi yang telah dibeli Pemkab Pelalawan dua tahun lalu.
Alat berat seharga Rp 5 miliar lebih itu telah diparkirkan di halaman kantor Dinas PUPR.
Namun persoalannya, belum ada operator yang bisa menggunakan eskavator buatan PT Pindad tersebut.
Pihaknya berencana akan melatih terlebih dahulu operator yang ada di Dinas PUPR yang bekerjasama dengan PT Pindad, agar eskavator amphibi itu bisa dioperasikan di sungai ataupun kanal yang luas dan dalam.
Sehingga proses normalisasi bisa berjalan baik serta hasilnya maksimal. (red)
Discussion about this post