Suasana di menara Jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah Siak Sri Indrapura.”Pengoperasian lift jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah bertepatan peringatan hari jadi Kabupaten Siak ke 24 tahun ini,” ujar Alfedri, Jumat (13/10/2023).
Dia meyakini lift di jembatan itu akan menambah daya tarik wisatawan yang datang ke Siak. Bukan tanpa sebab, pemandangan di bawah lift memperlihatkan keindahan sungai Siak yang merupakan sungai terdalam di Indonesia itu.
“Sungai dan Kota Siak terlihat jelas dari puncak lift, karena itu kita yakin lift ini akan menjadi salah satu icon pariwisata Kabupaten Siak,” jelas Alfedri.
Alfedri juga melihat potensi wisatawan mancanegara. Betapa tidak, di Siak terdapat banyak lokasi wisata selain lift. Seperti Istana Siak, Skywalk, Tangsi Belanda, maupun cagar budaya lain peninggalan zaman dahulu.
“Mudah-mudahan pengoperasian lift ini dapat menarik lebih banyak wisatawan baik dari dalam maupun luar negeri untuk berkunjung ke Siak,” kata Alfedri.
Bupati Siak Alfedri.
Kepala Dinas PU Siak Irving Kahar Arifin mengatakan setelah lift dibuka, banyak wisatawan datang. Bahkan, wisatawan dari Malaysia juga telah menikmati lift dengan ketinggian 73 meter tersebut
“Wisatawan mancanegara sangat antusias menaiki lift itu. Kemarin setelah resmi dibuka pak Bupati sudah ada wisatawan dari Malaysia yang naik,” ujar Irving.
Jembatan setinggi 73 meter itu sudah selesai dikerjakan sejak 2021 lalu. Tapi saat itu lift belum dibuka untuk umum karena Peraturan Bupati tentang Retribusi tarif belum tuntas.
Namun, ketika ada event Tour de Siak 2022 lalu, lift tersebut dibuka untuk peserta dan tamu yang datang. Dari ketinggian 73 meter itulah kota dan Sungai Siak terlihat jelas dari menara.
Ruang menara lift memiliki luas 17,2 meter kali 5,8 meter atau 99,76 meter persegi. Bahkan untuk bisa sampai puncak menara hanya membutuhkan waktu sekitar 1,22 menit saja.
Bupati Siak Alfedri.
“Untuk waktunya sekitar 1,22 menit itu naik dari bawah sampai ke atas. Ketinggian 73 meter,” kata Irving.
Sedangkan luas kabin lift yakni 2,46 meter kali 1,03 meter atau 2,53 meter persegi. Itu artinya bisa mengangkut enam orang sekali jalan menuju puncak menara.
Selain lift, terdapat ikon wisata lainnya di Siak. Ada beberapa peninggalan sejarah di Siak seperti Istana Siak, Mesjid Sultan Syahbuddin, Tangsi Belanda, makam beberapa Sultan Siak, makam para penasehat Sultan yang jaraknya berdekatan. Ada juga Turap Singapura dan yang terbaru Skywalk Tengku Buang Asmara.
Nama Skywalk itu diambil dari nama Sultan Siak kedua, yakni Tengku Buwang Asmara. Skywalk ini dibangun pada tahun 2022 lalu dengan ornamen yang diimpor. Tengku Buwang Asmara juga salah satu tokoh yang kini sedang dalam tahap pengusulan sebagai Pahlawan Nasional.
Skywalk dibangun tiga tahap konstruksi sepanjang 1.076 meter yang membentang mulai dari Rumah Datuk Pesisir (penasihat Sultan Siak), hingga ke destinasi wisata Tangsi Belanda (penjara zaman Belanda).
Suasana di menara Jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah Siak Sri Indrapura.
Tahap pertama, konstruksinya tuntas sepanjang 274 meter. Di tahap ini ada konstruksi berupa kaca tempered 12 milimeter sepanjang 50 meter dan bisa dipijak wisatawan yang melintas.
Jarak antara kaca tempered dengan permukaan air pasang Sungai Siak sekitar 12 meter. Tentunya, keberadaan kaca itu menjadi daya tarik tersendiri di Skywalk Tengku Buwang Asmara.
Dancing light atau lampu menari di tengah-tengah skywalk menambah kecantikan skywalk jika dinikmati pada malam hari. Dancing light itu tentunya menjadi spot baru instagramable dengan background Istana Siak dan Turap Singapura di seberang skywalk.
Untuk di Indonesia, baru Skywalk Siak ini yang memiliki dancing light atau lampu berkejar-kejaran. Pengunjung yang naik dibatasi agar menjaga konstruksi bangunannya.
Bahkan, dari 15 lokasi wisata di Siak, Skywalk menempati urutan pertama paling banyak dikunjungi. Objek wisata yang didalangi Kepala Dinas PU Siak Irving Kahar Arifin ini diresmikan Bupati Siak Alfedri pada Kamis 16 Februari 2023 lalu.
Siak merupakan kota penuh sejarah di Riau yang dulunya dipimpin oleh kesultanan. Syarif Kasim Abdul Jalil Saifuddin atau Sultan Syarif Kasim II adalah pemimpin di Kesultanan Siak pada usia 21 tahun. Meski tergolong muda saat dinobatkan sebagai Sultan, sikap kepemimpinannya dikenal tegas dan peduli dengan rakyatnya.
Sultan Syarif Kasim II menyatakan bergabung dengan Indonesia ketika Soekarno memproklamasikan kemerdekaan NKRI. Dia menyerahkan kedaulatan dan semua kekayaan kerajaan termasuk ladang minyak.
“Dia menjamin pendanaan Indonesia dengan menyerahkan mahkota-mahkota emas bertaburan intan berlian untuk mendukung kemerdekaan Republik Indonesia. Tak sekedar itu, ia memberi uang pribadinya 13.000.000 Gulden Belanda. Suatu jumlah yang sangat besar,” ujar Budayawan Riau, Taufik Ikram Jamil, Senin (16/8).
Sultan tak sembarangan menyerahkan tahtanya ke negara. Dia memegang teguh dan mengamalkan wasiat sang ayah Sultan Syarif Hasyim. Pesannya, jika tidak ada lagi keturunannya yang memerintah, benda-benda kerajaan harus diserahkan kepada pemerintah yang sah.
Terbukti, ketika Syarif Kasim II tidak memilki keturunan, wasiat ayahnya langsung dijalankan. Dia kembali menjadi rakyat biasa dan menyerahkan harta serta tahtanya ke pemerintah Indonesia.
Tak hanya itu, Sultan juga memotivasi masyarakat di bawah kepemimpinannya secara langsung untuk kemerdekaan RI. Bahkan, Sultan bersama permaisuri meresmikan tentara rakyat Indonesia di Siak, di bulan pertama kemerdekaan. Peresmian itu justru dilaksanakan di depan Istana Siak.
“Kalau soal berperang menentang penjajah, orang Riau melakukannya sejak abad ke-16. Setelah Melaka ditaklukkan Portugis, orang-orang dari Gasib Siak memerangi Portugis tahun 1512. Ini disusul oleh Narasinga II tahun 1516 dan 1520. Abad ke-18, Tengku Buang Asmara menyerang Belanda di Siak, sedangkan Tuanku Tambusai abad 19, seangkatan dengan Diponegoro dan Imam Bonjol. Pada saat bersamaan, Riau juga menyerang Belanda di Indragiri di bawah pimpinan Panglima Sulung,” katanya.
Sewaktu Syarif Kasim II memerintah, wilayahnya meliputi Riau bagian pesisir sekarang termasuk Pekanbaru. Ada 12 wilayah yang disebut Provinsi saat itu. Pekanbaru misalnya, dinamai Provinsi Pekanbaru yang dipimpin oleh orang bergelar Datuk Bandar.
Sedangkan wilayah luar Riau yang sempat masuk dalam wilayah kekuasaannya itu sebagian daerah Sumatera Utara seperti Deli, Langkat, Asahan dan Sambas di Kalimantan Barat. Tapi, ketika SSK II berkuasa, bagian itu sudah lepas dari wilayahnya.
Sultan Syarif Kasim II lahir di Siak Sri Indrapura, 1 Desember 1893 dan meninggal di Rumbai, Pekanbaru, Riau pada 23 April 1968 pada umur 74 tahun.
Dia adalah sultan ke-12 Kesultanan Siak Sri Indrapura yang mendapat gelar/penghargaan sebagai Pahlawan Nasional (Keppres No. 109/TK/1998, tanggal 6 November 1998).
Sultan Syarif Kasim II merupakan seorang pendukung perjuangan Kemerdekaan Indonesia, serta mendorong raja-raja di Sumatera Timur untuk bergabung dengan Republik Indonesia. ***
Discussion about this post