BORGOLNEWS COM – SERANG – Siti Maemunah (40) warga Kampung Kebalikan, Desa Lontar, Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang, Banten harus hidup berdampingan dengan tumpukan sampah belasan tahun.
Sampah hasil rumah tangga dari warga skitar itu menutupi aliran air dekat muara sungai sepanjang 500 meter. “Enggak ada tempat pembuangan sampah (disini), enggak ada yang ngangkut jadi makin lama makin banyak sampahnya,” kata Siti Maemunah kepada wartawan di depan rumahnya. Selasa (16/7/2024).
“Enggak ada tempat pembuangan sampah (disini), enggak ada yang ngangkut jadi makin lama makin banyak sampahnya,” kata Siti Maemunah kepada wartawan di depan rumahnya. Selasa (16/7/2024).
Rumah Maemunah ada tepat di pinggir sungai. Keadaan ini membuatnya khawatir dengan kondisi tumpukan sampah yang membuat air sungai tak mengalir lancar. Kekhawatiran ibu rumah tangga itu terkait masalah kesehatan keluarganya, dan ketakutan rumahnya akan terendam banjir terus-menerus jika hujan turun.
“Khawatir, (sakit) banyak lalat dan nyamuk. Selain itu sering banjir juga di sini,” ujar dia. Meski begitu, Maemunah terpaksa harus menghabisi hari-harinya berdampingan dengan tumpukan sampah di depan rumahnya. Keluarga Maemunah tidak ada pilihan untuk mencari tempat tinggal lainnya.
Apalagi, rumahnya saat ini dekat dengan pelabuhan yang menjadi mata pencarian suaminya sebagai nelayan. “Mau pindah juga pindah ke mana? Makanya sudah terbiasa meski takut kena DBD (demam berdarah dangue)” kata Maemunah.
Warga lainnya, Arsiman mengaku tidak nyaman beraktivitas dengan kondisi tumpukan sampah di aliran sungai yang mengeluarkan bau tak sedap. Beberapa kali warga gotong-royong mengangkut sampah. Namun, sampah tetap saja menumpuk karena warga masih membuangnya ke sungai.
Ketiadaan fasilitas pembuangan sampah disebut jadi sebabnya. “Sampah dari warga yang ngebuang ke sini (sungai). Enggak ada (penampungan sampah), dibersihin mah dibersihin, tapi setiap hari warga buang terus,” kata Arsiman.
Sumber : KOMPAS.com
Editor : Devi Listiani
Discussion about this post