BORGOLNEWS.COM, PEKANBARU – Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di lahan gambut menjadi momok yang menakutkan bagi masyarakat di Riau. Desa Kuala Alam di Kecamatan Bengkalis, Riau termasuk yang mengkhawatirkan kondisi itu, dan mulai menggarap lahannya menjadi lebih produktif salah satunya dengan menanam nanas.
Direktur BUMDes Kuala Alam, Zulkifli menjelaskan sejak 2018 diketahui ada ratusan hektare lahan tidur milik masyarakat yang berisiko terbakar, lalu desa berinisiatif membentuk unit usaha perkebunan dengan komoditasnya yaitu nanas.
“Pada 2019 dimulailah penanaman nanas di lahan tidur tersebut, dan mulai menghasilkan nanas segar. Hasilnya kami kirimkan ke pasar tradisional dan sampai sekarang kami menjadi pemasok utama nanas di pasar Bengkalis,” ucapnya Selasa (22/3/22).
Kini dalam sehari pihaknya bisa memanen dan mengolah hingga 1.000 buah nanas perhari, dan sekitar 100 ton nanas perbulan. Selain dijual segar, nanas juga diolah menjadi berbagai produk turunan seperti selai nanas dan sekitar total delapan produk turunan lainnya. Dalam sehari omset yang didapatkan bisa mencapai Rp1juta, dan rerata Rp20 juta – Rp30 juta perbulan.
Selanjutnya desa mulai mengarahkan nanas untuk diolah lebih jauh guna mendapatkan nilai tambah, yaitu menjadi keripik nanas. Desa berharap dengan upaya ini bisa menjadikan nanas sebagai oleh-oleh khas Bengkalis, berdampingan dengan produk yang lebih dulu ada seperti lempuk atau dodol, dan ikan Lomek.
Untuk pengolahan ini desa melakukan pengadaan mesin keripik pada 2019, dan juga mendapatkan tambahan bantuan mesin pada 2020 dari dana bantuan luar negeri.
Produk keripik nanas itu diberi nama Pinneappe Crown atau Mahkota Nanas, kemudian mulai dikemas dengan menarik sesuai standar, uji keamanan pangan atau Uji Prima 3, mengantongi sertifikasi BPPSI, dan juga dilengkapi perizinan PIRT serta sertifikasi halal.
Keripik nanas Kuala Alam ini tidak hanya dipasarkan di Bengkalis saja, tapi sudah sampai ke sejumlah kota besar di Riau seperti Duri, dan Pekanbaru.
Permintaan dari luar negeri juga ada seperti tetangga Malaysia, namun untuk mengekspor secara resmi masih terkendala izin BPOM yang tentunya untuk mendapatkan itu harus menyiapkan biaya dan rumah produksi sesuai standar.
Berkat kegigihan yang sudah dilakukan, BUMdes Kuala Alam dilirik oleh Bank BRI dan diikutkan dalam program klaster UMKM serta desa BRIlian Preneur, hingga menjadi desa terbaik pada 2020 dan menjadi utusan asal Riau untuk mengikuti seleksi tingkat nasional.
“Harapan kami kedepan Desa Kuala Alam bisa menjadi Desa Perkebunan Terpadu, dimana selain pertanian dan perikanan juga bisa menjadi desa pariwisata dengan tujuan mengedukasi generasi muda untuk melihat langsung berbagai jenis tanaman nanas sehingga bisa mengetahui dan belajar langsung mengelola nanas ini.”tuturnya.(rls)
Discussion about this post