BORGOLNEWS.COM – PADANG – Saat ini di Kota Padang kerap terjadi aksi tawuran geng motor. Menindak lanjuti hal itu, Tim Gabungan Polresta Padang meringkus 10 pelaku tawuran antar geng yang beraksi di atas Jembatan Emilindo Pagambiran, Kecamatan Lubukbegalung, Kota Padang, Sumatera Barat, Ahad (11/8).
Mereka adalah anggota geng pelaku tawuran yang menyebabkan putusnya pergelangan tangan seorang anggota genk tawuran lainnya yang berinisial FOF (16), dalam aksi tawuran yang pecah pada Sabtu (10/8) sekitar pukul 04.30 WIB dini hari.
Kapolresta Padang, Kombes Pol Ferry Harahap menyebut, para pelaku ditangkap Tim Klewang bersama Tim Phyton Polsek Lubukbegalung di rumah masing-masing pada hari Ahad sekitar pukul 10.00 WIB.
“Bersama para pelaku kami amankan tujuh senjata tajam berupa clurit, samurai, dua pedang panjang cihuahua pencabut nyawa, dua sajam panjang corbek, serta satu buah pedang klewang,” ujarnya dalam keterangan tertulis.
Kapolresta menjelaskan, tawuran antar remaja petarung yang berakhir dengan cacat permanennya salah seorang pelaku tawuran dari geng lainnya itu, awalnya pecah sekitar pukul 03.00 WIB di Jembatan Emilindo.
Tawuran itu, melibatkan sejumlah geng remaja petarung. Beberapa geng di antaranya bahkan berkoalisi atau bersatu untuk bekerja sama melakukan penyerangan terhadap geng lainnya. “Tawuran itu melibatkan Geng Ampalu 420, Geng Doedelapan Kampung Jua, Emilindo Tugu Dalam Kampung Jua dan Geng Timur Ogah Mundur Batung Taba. Mereka melawan Geng Pampangan Official, Bigresident051 dan 051 Strongs yang berasal dari Pampangan,” kata dia.
Pada aksi tawuran mengerikan itu, seorang anggota Geng Pampangan Official berinisial FOF akhirnya mengalami luka berat berupa tangan kiri putus dari pergelangan tangan ke bawah dan ibu jari tangan kanan nyaris putus.
Berdasarkan hasil interogasi terhadap para pelaku, polisi telah mengantongi identitas pelaku penganiayaan berat yang menyebabkan tangan sebelah kiri korban bernama FOF putus. “Pelaku berinisial F panggilan FY. Sampai sekarang keberadaan FY masih dicari tim gabungan,” tuturnya.
Terpisah, Sosiolog dari Universitas Negeri Padang (UNP), Erianjoni mengomentari maraknya kasus tawuran yang kian hari kian marak di Kota Padang tersebut.
Dikatakan Erianjoni, kejadian ini makin menguatkan tawuran antar geng remaja di Padang memang nyata. Apalagi aksi tawuran terjadi pada jam malam yang belum bisa dikendalikan oleh aparat keamanan dan masyarakat.
“Aksi mereka makin keras. Mereka butuh pengakuan bahkan label sosial sebagai geng yang eksis dan ditakuti oleh kelompok lainnya,” katanya.
Menurutnya, tipologi tawuran telah berubah, apalagi dengan sistem keamanan masih lemah dan stagnan. Dikhawatirkan jika tidak dikendalikan, perilaku mereka akan berubah pada perilaku menyimpang lainnya.
Menurutnya, tipologi tawuran telah berubah, apalagi dengan sistem keamanan masih lemah dan stagnan. Dikhawatirkan jika tidak dikendalikan, perilaku mereka akan berubah pada perilaku menyimpang lainnya.
“Perilaku menyimpang ini seperti aksi begal, memalak bahkan merampok pada objek atau sasaran tertentu seperti minimarket, kafe dan unit usaha lainnya yang buka 24 jam,” ungkapnya.
Sementara pola pengamanan selama ini, kata Erianjoni, hanya bersifat represif yakni setelah ada kejadian baru dilakukan penindakan. Tantangan ke depannya adalah mencegah sebelum terjadi tawuran.
“Kalau ini tidak diamputasi sosial, maka mereka akan semakin menguat karena keberadaan mereka saat ini sudah di mana-mana. Apabila mereka sudah menguat, takutnya mereka akan melakukan pemalakan,” tutupnya. (red)
Sumber : RiauPos.co
Discussion about this post