BORGOLNEWS COM – KUANSING – Media atau Jurnalis hanya konfirmasi terkait kebenaran informasi, mengingat itu bagian dari tugasnya untuk melakukan investigasi dan konfirmasi kepada narasumber agar saat dinaikkan/dirilis beritanya sesuai dengan fakta-fakta dan berimbang.
Anehnya terkait konfirmasi awak media via WhatsApp, Pak Jupri selaku pengusaha kebun kelapa sawit dan Pak Juang selaku Manejernya, diduga asik main blokir nomor WhatsApp awak media saja, lalu ditambahkan ke WhatsApp grup, sepertinya monitor dong karena terlihat keluar dari grup itu.
Berawal Pada rabu 22 Mei 2024, saat awak media ngantar teman cari kerja ke kebun pengusaha kelapa sawit milik Jupri (Cina). Setelah ketemu pak juang selaku kepercayaan pemilik kebun dan Sugeng selaku mandor, Setelah itu pulang awak media bersama temannya.
Saat pulang, masih sekitar perumahan, kedengaran awak media salahsatu suara mesin Robin yang sedang beroperasi diduga menambang emas sambil di videokan bagai dokumentasi.
Kemudian ketemu seorang warga yang minta dirahasiakan namanya, “dikebun sawit Jupri ini ada yang nama Bima selaku ke amanannya dan kalau tidak salah dari satuan Brimob pekan baru, sekira sebulan lalu sempat cekcok ke salah seorang warga Desa Tanjung Medang Kecamatan Hulu Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau.
“Sempat Cekcok dan Kronologinya saat warga pulang melintas kebun ini naik sepeda motor yang bermuatan karung berisi brondolan buah kelapa sawit. Selain itu kebun ini mana punya HGU.
Awak media pun menduga bahwa kebun kelapa sawit milik Jupri di desa Tanjung Medang belum memiliki Hak Guna Usaha (HGU) atau perizinan, tak ada plang yang diketahui dilapangan dan beberapa sumber menjelaskan tidak mempunyai tanggung jawab sosial dan atau lingkungan terhadap masyarakat Desa tanjung Medang seperti Corporite Sosial Responsibility ( CSR ).
Pada rabu 22 Mei 2024 awak media kerumah Pak Andi selaku mantan Pejabat kades Tanjung Medang.
Melalui wawancara itu dijelaskan beberapa keresahan masyarakat tentang kebun tersebut karena menguasai seluas itu tanpa diketahui semua penjual dan suratnya belum ada diketahui. Kalau yang dimaksud dana CSR, sejak dulu tidak ada ke desa ini dan Soal perizinan atau HGU belum ada diketahui.
“Kalau tahun tanaman tidak ingat, dari sekira 300 hektar adapun tambahan tanaman tapi tidak sampai 100 hektar dan itu masih tanaman satu sampai dua tahun ini. Maka luas kebunnya sekira 400 hektar dan yang dimaksud Cekcok ke warga memang begitu isunya, kalau Bima itu selaku ke Amanan kebun jupri ini, beliau dari satuan Brimob. Dan Pak Juang itu Manejer, Soal Hasil panen sawitnya mungkin dijual ke PKS WANA SARI. Jelas Andi bersama istrinya melalui wawancara Athia awak media.
Masih hari yang sama Rabu 22 Mei 2024, lebih lanjut awak media ke rumah Musliadi selaku PJ Desa, “sejak dulu tidak ada ke Desa ini dana CSR dari kebun sawit itu. Adapun warga bawa proposal kalau Acara di kampung ini, ntah dikasi atau berapa.
“Soal tahun tanaman kebunnya Jupri tidak ingat dan tidak bisa memastikan luasnya, Memang dibeli dari beberapa warga tapi susah memastikan karna secara masing-masing, Soal perizinan atau HGU belum ada diketahui, “jelas Musliadi.
Pada minggu 26 Mei, lagi-lagi narasumber dari warga Via SMS WhatsApp, “Assalamualaikum bang, kapan kita bahas kebun jupri ini, masyarakat ada yang siap diwawancara, dan yang ditodong senjata api jenis pistol itu, siap menjelaskan semua kronologi, Namun belum sempat lagi awak media ini datang kesana.
Kemudian, pada kamis 30 Mei, via Tlp seluler. Sidut selaku Ninik Mamak menjelaskan bahwa sudah lama resah masyarakat ke kebun jupri itu, kita pun dengar juga dari masyarakat informasi kejadian warga Cekcok ke Bima selaku ke Amanan kebun jupri itu.
“Selain itu selama berlangsung Budaya Pacu Jalur di kampung ini tidak membantu, adapun setiap acara dikampung ini dan warga bawa proposal, paling dikasi 150 ribu.
“Seperti CSR mana dikasi ke kampung ini sejak dulu, luas kebunnya lebih 300 hektar dan jika tambahan yang dimaksud sekira 100 hektar akan saya selidiki, Soal HGU belum di urusnya dan kronologi awal kebunnya memang dibeli sikit-sikit dari kebun warga dan selain itu lebih luas Kawasan Hutan. Untuk kejelasan lebih lanjut akan kita jadwalkan pertemuan sambil kami runding Dari masyarakat, “Ujar Sidut Ninik Mamak.
Pada sabtu 01-Juni-2024 lebih lanjut awak media menkonfirmasi kepada Pak Dalin selaku Humas kebun Jupri, via telpon seluler, “kalau saya dibilang Humas membingungkan mana hak dan kewajiban, banyak kurang transparansi urusan kebun itu bahkan selembar Surat pun kebun sawit Jupri tak pernah saya ketahui, ucapnya.
“Kemudian selama menjadi Humas dikebun sawit milik Jupri di desa Tanjung Medang sekira tahun 2013/2014, saat itu sudah panen sawitnya dan ikut tanaman baru yang dimaksud sepertinya ngga sampai 400 hektar luas keseluruhan.
“Memang belum ada dana CSRnya ke Desa ini, dan belum pernah saya lihat HGU ataupun izin lainnya ataukah sudah di urus atau tidak, dan belum bisa dipastikan Areal kebun ini apakah masuk HPT/HPK dan sebagainya. Karena awalnya kebun itu dibeli dari masyarakat secara sedikit dan masing-masing.
” Iya.. memang kebun itu milik Jupri (Cina dari Medan) dan kalau tidak salah beralamat di Pekanbaru, kepercayaannya Sejak awal Pak Juang (Cina) juga dikatakan Manejer, Surat menyurat dia lah yang tahu, baiknya konfirmasi ke beliau saja urusan kebun itu.
“Mengenai kejadian antara seorang warga dengan Bima yang dimaksud, hal itu belum sampai ke saya, hanya informasi, datang saja Bima ke kebun saat itu hanya dapat informasi juga dari warga. Maka antara ia dan tidak jika saya dikatakan selaku Humas dikebun itu.
Bima itu jarang kesini karena beliau di Pekanbaru dari satuan Brimob.
“Masih hari yang sama sabtu 01 Juni, awak media mencoba mengkonfirmasi ke Juang selaku manajer, via WhatsApp miliknya : 0852 6520 9428, seakan tidak berkenan dengan Pak Juang, jawab singkatnya, “Minta saja sama Pak Humas Nomor Bima dan bicarakan sama humas saja, kan pak Dalin itu Humas kebun ini. Langsung tutup telpon dan blokir nomor WhatsApp awak Media.
Hal ini semua, awak media ini sedang upaya melakukan konfirmasi selanjutnya, “Baik kepihaknya ataupun ke Dinas Terkait.
Reporter : Athia
Discussion about this post