BORGOLNEWS,COM Ternyata ini nama asli Tuanku Imam Bonjol yang merupakan salah satu pahlawan terkenal di Indonesia. Pasalnya, dia memiliki jasa yang selalu diingat dalam melawan penjajahan Indonesia yakni Belanda.
Adapun Tuanku Imam Bonjol merupakan pahlawan nasional yang diangkat pada 6 November 1973. Ia adalah ulama, pejuang, dan pemimpin dalam Perang Padri (sebuah perang melawan Belanda) di tahun 1803 sampai 1838.
Ternyata ini nama asli Tuanku Imam Bonjol yakni Muhammad Syahab dan merupakan anak tunggal pasangan Bayanuddin Syahab serta Hamatun. Sosok Tuanku Imam Bonjol sudah dipandang bersahaja sejak dini, sebab keluarganya merupakan alim ulama.
Ayahnya, adalah alim ulama asal Lima Puluh Kota dan merupakan pedagang yang sering merantau. Tak heran bila ia pernah bersekolah di Sekolah Rakyat Desa (setingkat SD) di Malaysia pada tahun 1779.Demi berjuang melawan penjajahan Belanda, Tuanku Imam Bonjol berniat menjadikan agama Islam sebagai media perjuangannya dan mendirikan Tarekat Naqsyabandiyah. Sementara itu, ia juga memimpin Perang Padri di bumi Minangkabau. Tuanku Imam Bonjol wafat pada 6 November 1864 di Pineleng, Minahasa, Sulawesi Utara.
Tak dapat dipungkiri, Perang Padri meninggalkan kenangan heroik sekaligus traumatis dalam memori bangsa. Selama sekitar 18 tahun pertama perang itu (1803-1821) praktis yang berperang adalah sesama orang Minang dan Mandailing atau Batak umumnya.
Pada awalnya timbulnya peperangan ini didasari keinginan dikalangan pemimpin ulama di kerajaan Pagaruyunguntuk menerapkan dan menjalankan syariat Islam sesuai dengan Ahlus Sunnah wal Jamaah (Sunni) yang berpegang teguh pada Al-Qur’an dan sunnah-sunnah Rasullullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Kemudian pemimpin
ulama yang tergabung dalam Harimau nan Salapan meminta Tuanku Lintau untuk mengajak Yang Dipertuan Pagaruyung beserta Kaum Adat untuk meninggalkan beberapa kebiasaan yang tidak sesuai dengan Islam (bid’ah).
Dalam beberapa perundingan tidak ada kata sepakat antara Kaum Padri(penamaan bagi kaum ulama) dengan Kaum Adat. Seiring itu dibeberapa nagari dalam kerajaan Pagaruyung bergejolak, dan sampai akhirnya Kaum Padri di bawah pimpinan Tuanku Pasaman
menyerang Pagaruyung pada tahun 1815, dan pecah pertempuran di Koto Tangah dekat Batu Sangkar. Sultan Arifin Muningsyah terpaksa melarikan diri dari ibukota kerajaan ke Lubukjambi.
Discussion about this post