BORGOLNEWS.COM – PEKANBARU – Kasus kekerasan pada pusat penitipan anak atau daycare belakangan marak terjadi. Bahkan, saat ini ada 2 kasus kekerasan daycare yang viral bersamaan, yakni kasus daycare di Depok dan juga di Pekanbaru. Hal tersebut tentu membuat orang tua memiliki kekhawatiran tersendiri. Karena itu, orang tua perlu selektif dalam memilih daycare.
Menurut Psikolog Sekolah Kak Seto Pekanbaru yang juga merupakan Dosen Prodi Psikologi Islam IAI Diniyyah, Lailatul Izzah MPsi Psikolog, ada beberapa poin yang tidak boleh dilewatkan orang tua sebelum memilih daycare terbaik untuk menitipkan buah hati mereka.
1.Riset
Dikatakan Lailatul, orang tua harus riset terlebih dahulu terkait latar belakang daycare tersebut misal sudah berapa lama daycare tersebut berdiri, siapa pendirinya, cek juga lisensi yayasannya, pengasuhnya ada berapa orang.
“Orang tua perlu memberi waktu untuk dirinya melakukan riset tersebut setidaknya setahun sebelum anak akan dititipkan. Artinya selama setahun sebelum itu orang tua sudah punya plan dan mulai mencari serta melakukan riset untuk pertimbangan memilih daycare. Sehingga orang tua sudah merasa yakin dengan mengumpulkan banyak informasi sebelum memilih dan juga orang tua menghindari terjadinya kekerasan terhadap anak di daycare,” paparnya.
2. Testimoni
Mencari tahu testimoni dari orang tua lain yang lebih dulu menitipkan anaknya atau dari lingkungan sekitar.
3. Pilih Daycare yang ada CCTV
Hal ini menunjukan transparasni pengasuhan sehingga orang tua bisa semakin yakin.
4. Tanyakan kurikulumnya
Orang tua wajib tahu kegiatan apa saja yang dilakukan selama anak-anak di daycare melalui wawancara ke pemilik daycare atau pengasuhnya. “Karena anak di daycare tidak hanya dititipkan tapi juga perlu distimulasi dengan kegiatan,” terangnya.
5. Libatkan anak memilih Daycare
Menurut psikolog satu ini, anak juga perlu diikutsertakan dalam memilih Daycare. “Misal dengan mengajak anak melihat lihat daycare tersebut. Orang tua bisa tanyakan dan observasi terkait reaksi anak pada daycare yang dikunjungi.
Ke lima poin tersebut harus diperhatikan betul-betul oleh orang tua. Menurutnya, waktu 1 tahun itu bisa dibilang waktu yang cukup lama. Tapi, dengan kesibukan orang tua, tentu itu waktu yang cukup untuk mempertimbangkan segala sesuatunya untuk memilih daycare atau sekolah yang tepat untuk orang tua dan anak.
Ia memberi contoh, misalnya anaknya umur 2 tahun setelah lepas ASI, kemudian rencana mau dititipkan ke daycare kerena orang tua bekerja.
“Nah, itu sudah di plan sejak anak umur 2 tahun. Kira-kira tahun depan mau dititipkan ke daycare yang giman ya? Yang deket rumah atau deket tempat kerja, siapa yang jemput dan aman atau tidak di tempat daycare yang menjadi opsi. Semua sudah harus dipikirkan,” paparnya.
Jika memiliki rencana menitipkan anak sejak umur 0 bulan, menurut Laila, sejak dalam kandungan, orang tua mustinya sudah memikirkan akan dititipkan ke daycare mana anak ini nantinya. “Waktu itu relatif tergantung orang tua kesempatannya dalam melakukan riset seperti apa. Karena riset tidak cukup hanya dengan melihat dan melakukan browsing via sosmed,” lanjutnya.
Orang tua dikatakannya juga perlu datang melihat secara langsung dan melakukan wawancara ke pemilik daycare tersebut. Setidaknya 6 bulan sebelum jika setahun itu waktu yang dirasa terlalu lama. “Ini pengalaman pribadi saya juga ketika memilih menitipkan anak ke salah satu daycare. Setahun sebelumnya sudah dipikirkan, dicari, di observ, dan coba tanya-tanya kolega dan lainnya yang dirasa perlu,” sambungnya lagi.
Kemudian, jika sudah menemukan yang dinilai cocok dan aman, orang tua juga harus observasi anak. Apakah dia senang, trauma, takut setelah pulang dari Daycare.
Umumnya, ketika anak sudah bisa bicara dan menjawab apa yang orangtua tanyakan, sebaiknya orang tua memberi apresiasi terlebih dahulu. Misalnya denga bilang “waah mama lihat adik gembira pulang sekolah, mama senang melihatnya. Coba adik ceritain gimana di sekolah tadi dengan teman-teman?”. “Tanyakan juga tentang perasaan anak di sana. Kemudian jika sudah ada hal yang mengganggu orang tua, coba klarifikasi kronologinya, agar anak next bisa lebih terbuka terhadap apapun yang dialami di Daycare,” tutupnya. (red)
Sumber : RiauPos.co
Discussion about this post